Pembangunan Menara 5G Meningkat
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Partnertel) mempunyai potensi mempunyai perkembangan penghasilan usaha. Karena keinginan operator telekomunikasi pada menara akan bertambah di zaman tehnologi mobile 5G.
Anak usaha PT Telkom Tbk (TLKM) ini mengurus menara telekomunikasi lebih 28.000 unit di semua Indonesia. Jumlah menara inin akan ditambahkan bersamaan penawaran umum pertama atau initial public offering (IPO) Partnertel dengan tawarkan sebanyaknya 29,85 % saham ke khalayak. Dana IPO ini diantaranya didistribusikan untuk beli menara baru sekitar 6.000 unit.
Research Analyst PT Indopremier Sekuritas Hans Tantio menjelaskan keperluan menara telekomunikasi berspektrum tinggi diprediksikan bertambah di zaman 5G, hingga Partnertel mempunyai potensi tingkatkan performa usaha di periode kedepan.
Keperluan menara dan spektrum tinggi akan bertambah, kesempatan usaha untuk perusahaan penyuplai tower komunikasi seperti Partnertel.
Menurut Hans, lingkup dan tersedianya tower telekomunikasi Partnertel mencapai daerah di luar Pulau Jawa. Tersedianya menara Partnertel di luar Pulau Jawa sebagai unique selling poin yang membandingkannya dengan pesaing.
Pada 2020, Partnertel mencatatkan penghasilan usaha Rp 6,18 triliun, bertambah 16 % dari tahun awalnya yang Rp 5,32 triliun.
Per semester I 2021, penghasilannya Rp 3,22 triliun, naik 10,65 % dari masa sama tahun kemarin yang Rp 2,91 triliun. Pada Juni tahun ini, perseroan kantongi keuntungan bersih Rp 700,7 miliar. Naik 356 % dari semester I 2020.
Hans menyimak koalisi usaha operator telekomunikasi akan berpengaruh positif pada keinginan menara telekomunikasi di depan.
"Tidak ada kembali spektrum, hingga operator telekomunikasi akan sewa menara telekomunikasi. Trend koalisi usaha beberapa operator akan berpengaruh domino pada performa esensial Partnertel di periode kedepan," paparnya.
Selanjutnya, ia mengatakan valuasi Partnertel di range lumrah, karena enterprise nilai/EBITDA capai 13 kali atau rerata dengan perusahaan semacam yang terdaftar di Bursa Dampak Indonesia.
Kerja sama Usaha Menara
Di kesempatan terpisah, Raymond Kosasih, riset saham PT Verdana Sekuritas, menambah penetratif jumlah menara di Indonesia terhitung rendah dibanding beberapa negara seperti Brasil atau India. Rasio komunitas per menara di Indonesia di range 2.250 dibanding Brasil dan India yang sekitar 2.100.
"Dengan kebatasan jumlah spektrum atau frekwensi, karena itu keperluan menara akan masih tetap tinggi pada periode kedepan," papar Raymond.
Kekuatan itu dipandang sebagai kesempatan besar untuk Partnertel untuk merajut kerja sama usaha dengan operator-operator telekomunikasi lain di luar Group Telkom. Mode usaha kerja sama Partnertel dengan operator bervariatif: pola built-to-suit (membuat menara baru) dan co-location (co-lo).
Raymond memproyeksikan ketertarikan investor pada saham Partnertel lumayan tinggi karena mencatatkan keuntungan bersih. "Performa esensialnya bagus dan akan dihargai investor."
Gagasan IPO Partnertel bukan hanya jadi momen emas untuk investor melakukan investasi di saham ini, tetapi juga salah satunya pengaturan portofolio yang sudah dilakukan Telkom Grup untuk memaksimalkan nilai creation Partnertel, hingga bisa memberi hasil maksimal untuk stakeholder.
Partnertel akan melangsungkan IPO dengan mengeluarkan optimal 25,5 miliar saham atau sama dengan 29,85 % dari modal yang ditaruh dan disetorkan. Dengan range harga
Rp 775-975 per helai saham, karena itu kekuatan proceed optimal Rp 19,79-24,9 triliun.
Perseroan sudah menunjuk penjamin eksekutor emisi dampak, diantaranya PT Berdikari Sekuritas dan PT BRI Danareksa Sekuritas. Partnertel akan menggunakan dana IPO diantaranya sekitaran 90 % untuk berbelanja modal dan bekasnya modal kerja.
Rinciannya, sekitaran 44 % untuk berbelanja modal organik seperti meningkatkan dan meluaskan jalinan dengan konsumen setia lewat tambahan penyewa kolokasi.
Disamping itu, pembangunan menara baru dan tambahan site baru terhitung ongkos sewa tempat baru untuk dibuat dengan pesanan built-to-suit untuk beragam operator telekomunikasi dan pengembangan ke tehnologi dan service yang bisa bersinergi dengan usaha persewaan menara telekomunikasi. Selanjutnya sekitaran 56 % untuk berbelanja modal anorganik.
Gagasannya roadshow dan penawaran awalnya (bookbuilding) saham Partnertel direncanakan di bulan ini. Pengakuan efisien dari Kewenangan Jasa Keuangan (OJK) diharap selekasnya keluar. Sesudah didapatnya pengakuan efisien dari OJK, penawaran umum selekasnya dikerjakan dan pendataan saham (listing) di Bursa Dampak Indonesia (BEI).